NGABEN - Upacara Adat Agama di Bali
( Wisata adat & tradisi di Bali )
NGABEN
Ngaben merupakan upacara adat yang dilakukan
oleh umat Hindu di pulau Bali dan tergolong sebagai salah satu upacara Pitra
Yadnya (merupakan upacara keagamaan yang dilaksanakan sebagai wujud rasa
terimakasih kepada para leluhur).
Ngaben (dalam istilah etimologis) berarti api yaitu ritual upacara yang selalu melibatkan unsur api, dimana
api yang dipakai terdiri dari 2 jenis yaitu api konkret (api sebenarnya) dan
api abstrak (api yang berasal dari mantra para Pendeta yang memimpin upacara).
Atau istilah ngaben dapat diartikan sebagai beya (dalam bahasa Bali) yang mengandung
arti bekal yaitu upacara memberi bekal kepada para leluhur untuk perjalanannya
ke surga atau dunia akhir, tempat semua kebahagiaan bermuara.
Bentuk – bentuk upacara ngaben ada 3 jenis,
dapat diulas secara singkat seperti di bawah ini :
1). Sawa Wedana merupakan upacara
ngaben berupa jenazah yang masih utuh (orang yang baru meninggal tanpa dikubur
terlebih dahulu). Upacara ini dilakukan dalam kurun waktu 3 atau 7 hari
terhitung sejak orang tersebut meninggal dunia. Persiapan upacara berlangsung kurang
lebih satu bulan. Langkah awal adalah persiapan meletakkan jenazah di balai
adat yang ada di masing - masing rumah masyarakat Bali asli, lalu dilakukan pemberian
ramuan tertentu yang bertujuan untuk memperlambat proses pembusukan jenazah. Saat
ini pemberian ramuan digantikan dengan pemakaian formalin. Ritual selanjutnya
adalah membawakan kopi, air putih dan memberi makan layaknya kepada mahluk
hidup namun menggunakan peralatan yang serba baru dan bersih, apabila sore
menjelang waktu mandi dibawakan perlengkapan mandi seperti sabun, sampo, sikat
gigi dan pasta gigi, handuk, sisir, perlengkapan setelah mandi dan pakaian
bersih. Semua benda – benda tersebut diletakkan dengan rapi di sisi jenasah
sebelah kepala. Ritual ini wajib dilakukan selama jenazah ditaruh pada balai
adat, pihak keluarga memperlakukannya seperti mereka masih hidup. Upacara yang
disebut dengan istilah Papegatan dimaksud yang bersangkutan dianggap masih
hidup dan sehat, beliau hanya tidur sehingga bagi orang – orang terdekat merasa
mereka masih berada dilingkungan keluarga.
2). Asti Wedana merupakan upacara ngaben berbentuk kerangka jenazah yang
telah dikubur dalam jangka waktu cukup lama sehingga hanya tertinggal tulang -
belulang bahkan karena terlalu lama meninggal hanya ada bekas tanah kuburan
saja. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu dilakukan ritual menggali
kembali kuburan dari anggota keluarga yang sudah meninggal untuk kemudian diberi
upacara atau sesajen pembersihan terhadap tulang - belulang yang tersisa dari
sifat – sifat kotor yang dimiliki oleh orang tersebut selama hidup.
Hal ini dilakukan sesuai dengan adat istiadat atau tradisi dan aturan
desa – desa di pulau Bali yang sedang melakukan upacara Pitra Yadnya seperti
karena ada upacara keagamaan di pura desa dalam lingkup besar sehingga masyarakat
desanya tidak diperkenankan melakukan upacara kematian dan upacara pernikahan, oleh
karena itu jenazah untuk sementara waktu dikuburkan di kuburan umum setempat
yang disebut dengan upacara Makingsan Ring Pertiwi (ritual menitipkan jenazah
di ibu pertiwi atau tanah/kuburan).
3). Swasta adalah upacara ngaben tanpa melibatkan jenazah ataupun kerangka
mayat, upacara ini dilakukan karena beberapa faktor yaitu : orang yang
bersangkutan meninggal di luar negeri atau tempat jauh di luar pulau Bali dan
korban bencana alam sehingga jenazah tidak ditemukan alias hilang. Pada upacara
ngaben jenis ini, jenazah disimbolkan dengan memakai kayu cendana yang beraroma
harum, dilukis dan diisi aksara magis atau mantra – mantra pelindung sebagai simbol
terhadap badan kasar dari atma orang meninggal yang bersangkutan.
Sedangkan tujuan ngaben adalah dengan membakar
jenazah atau simbolisnya lalu menghanyutkan abu ke sungai atau laut akan
mengandung makna terhadap pelepasan Sang Atma (roh) dari sifat atau belenggu
keduniawian sehingga roh mereka dapat bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).
Tujuan lain adalah membakar jenazah atau simbolisnya yang merupakan suatu rangkaian
upacara untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta (yaitu 5 unsur pembangun
badan kasar manusia dalam ajaran umat Hindu) kepada asalnya masing -masing supaya
tidak menghalangi perjalanan Sang Atma / roh ke surga, adapun bagian dari Panca
Maha Bhuta adalah pertiwi : unsur padat sebagai simbol pembentuk tulang,
daging, kuku, dan organ tubuh lainnya, apah : unsur cair yang membentuk darah,
air liur, air mata, bayu : unsur udara sebagai simbol pembentuk nafas, teja :
unsur panas sebagai simbol pembentuk suhu tubuh dan akasa : unsur ether
yang membentuk rongga – rongga di dalam tubuh. Tujuan terakhir adalah khusus
bagi anggota keluarga, upacara ini merupakan sebuah simbol bahwa pihak keluarga
sudah ikhlas atau rela melepas kepergian yang bersangkutan karena ikatan kasih
sayang dan cinta terlalu dalam juga sudah mendoakan semoga roh mereka
bersemayam dengan damai di sisi Tuhan dan terlepas dari ikatan duniawi beserta
sifat – sifat kotor yang menjadi sifat dasar ketika manusia hidup dan dapat
dihapus dengan menjalankan agama masing – masing.
Apabila sekali waktu anda berlibur ke pulau Dewata, anda dapat dengan
mudah menonton secara langsung proses dari awal ritual upacara keagamaan umat
Hindu di Bali yaitu ngaben, jangan lupa membawa tustel untuk mengabadikan foto
– foto unik dan mengandung nilai seni yang sangat tinggi untuk anda ceritakan
ketika kembali ke rumah.
Contibuted by Nila, Copyright 2014
Lensa Pelancong
0 komentar:
Post a Comment